Gambaran keadaan kereta api Djaman Doeloe
perlu dilestarikan,sehingga
generasi muda seperti kita-kita ini bisa menghayati dan mengerti betapa pentingnya
transportasi. Memang
pada masa itu nama kereta api sudah tepat, karena kereta dijalankan
dengan pembakaran api dari kayu atau batu bara. Sedangkan sekarang sudah
memakai diesel atau listrik sehingga lebih tepat disebut kereta rel, yang artinya kereta berjalan
di atas rel melalu listrik atau rel. Informasi tentang kereta api
tahun 1875-1925 pasti sudah sangat sulit untuk dicari diperpustakaan, oleh sebab itu uraian ini
sangat tepat dan perlu diinformasikan kepada generasi muda. mari kita simak lengkapnya, di bawah ini
Diawali dengan pencangkulan pertama
pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jum’at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal
Hindia Belanda, Mr.
L.A.J Baron Sloet Van Den Beele. Pembangunan
ini diprakarsai oleh “Naamlooze
Venootschap Nederlandsch Indische
Spoorweg Maatschappij” (NV.NISM)
yang dipimpin Ir.J.P de Bordes dari Kemijen
menuju desa Tanggung dengan lebar
1435 mm.
Keberhasilan swasta NV.NISM membangun jalan
KA antara Semarang-Tanggung, yang
kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota
Semarang-Surakarta, akhirnya
mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan bukan?
Kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara tahun 1864-1900 tumbuh begitu pesat. Nah, kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, semakin lama semakin
memanjang saja sampai tahun 1939 panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811
km. Ih,
WAW, amajing kan? Tetapi, pada
tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, itu dikarenakan ada
pembongkaran pada masa kependudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk
pembangunan jalan KA disana.
Nah, sampai saat ini kita patut berbangga, mengapa? Selain kita sudah merdeka
dari penjajahan Belanda dan Jepang tetapi perkeretaapian
di Indonesia berkembang sangat pesat juga, pelayanannya pun lebih baik
dari tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja masih banyak
penumpang-penumpang yang bandel. Semoga kedepannya perkeretaapian di Indonesia
ini bisa menyamai perkeretaapian
di luar negeri. Mulai dari fasilitas
mungkin, pelayanan
yang lebih baik, kebersihannya, dan kamar kecilnya yang
pasti. Amin!
Tidak ada komentar on "Sejarah Perkeretaapian di Indonesia"